Bassura City merupakan kawasan
superblock yang terletak di Jakarta Timur, sangat strategis dikarenakan dekat
dengan toll dalam kota, selintas dengan area perkantoran Kasablanka dan mudah mencapai ke kawasan bisnis Kuningan dan
Sudirman. Bahkan searah juga dengan kawasan Jakarta Timur yang ramai dengan aneka kegiatan bisnis sekaligus
kegiatan keluarga. Mudah dijangkau dari berbagai arah. Tak jauh dari Bandara
Halim Perdana Kusuma , stasiun Jatinegara bahkan mudah menuju pelabuhan Tanjung
Priok.
Saya diperkenalkan Bassura
City oleh pihak pemasarannya sejak belum
di bangun karena Ibu saya membeli unit apartment di Kalibata City yang juga
dikerjakan oleh Synthesis Development. Seringkali melintas di jalan tol dan
melihat perkembangan pembangunannya, namun baru mendapat kesempatan ke lokasi
Bassura City pada tanggal 6 Agustus 2016 ketika hadir undangan bersama Blogger
Crony dalam acara ‘Petualangan Kuliner
Indonesia’ olahan Jakarta Food Adventure bekerjasama dengan Synthesis
Development yang selama bulan Agustus 2016 mengadakan rangkaian acara kampanye INDONESIA IS ME . Sesuai dengan semangat
proyek-proyeknya yang mengangkat thema INDONESIA, seperti Bassura diambil dari singkatan nama jalan lokasi
proyek yang merupakan salah satu pahlawan Indonesia, serta Prajawangsa
Apartment yang namanya sedemikian Indonesia era dahulu.
Saya jadi teringat lagi deh arti
kemerdekaan yang saya cetuskan dan di muat di harian Kompas tanggal 16
Agustus 2007 (Ada di profil blog saya ini) Nah, berarti benar dong jika kuliner merupakan bagian dari
INDONESIA IS ME? :)
Tarian Pembuka |
Acara Talkshow Dunia Kuliner memilih thema “Petualangan Kuliner Indonesia dan Kuliner Indonesia di Mata Dunia” dimulai pada pukul 13.00 oleh MC, Idfi Pancani. Pembicara talkshow siang itu adalah Ira Lathief (Pendiri Jakarta Food Adventure, Tour Guide dan Pemilik D’Marco Martabak) serta Harry Nazaruddin dan Lidia Tanod (Moderator JalanSutra dan Penulis Buku Kuliner ‘100 Maknyus Bali’ dan ‘100 Maknyus Jakarta’). Bukan pertama kalinya saya ‘bertemu’ dengan mereka, karena tahun 2012 saya menulis buku keroyokan bersama Ira Lathief dan Idfi P (Baca : Cinta #JakartaBanget). Serta tanggal 19 July 2016 saya mengikuti Workshop Food Photography and Writing Class dengan pengisi materi adalah Harry Nazaruddin dibantu oleh Lidia Tanod.
Siang itu Harry Nazaruddin (Lebih dikenal dengan panggilan Harnaz) dan Lidia Tanod berbicara secara ‘tandem’. Thema yang mereka bahas adalah ‘Apakah Kuliner Indonesia Layak Dipopulerkan di Luar Negeri?’ Mereka bercerita mengenai jamur Pelawan (Kulat Pelawan) yang harganya mencapai Rp 1,5 juta perkilogramnya. Ini adalah jamur eksotis asal Bangka dengan warna kuning langsat. Hanya tumbuh di daerah Pelawan saat hujan dan petir. Jamur asal Bangka yang langka ini menurut Lidia rasa dan keunikannya bisa disandingkan dengan trufel asal Perancis.
Setelah Lidia menceritakan Kulat
Pelawan, Harnaz melanjutkan cerita mengenai Latoh atau Bulung di Bali. Latoh
adalah rumput laut berbulir yang memiliki potensi dijadikan sebagai bahan
kuliner khas Indonesia siap mendunia.Di Okinawa Jepang memang ada rumput laut
sejenis Latoh, tetapi hanya di makan tanpa diolah lebih lanjut lagi. Sedangkan
di Lasem Jawa Tengah Latoh diolah menjadi menu Urap dan di Bali diolah menjadi
Rujak. Sedemikian uniknya Latoh, di Lasem dijadikan sebagai salah satu motif
batik Lasem. Keren yak?!
Ira Lathief menceritakan tentang
berbagai pengalamannya ketika ia menjadi pemandu wisata international yang
mendalami kuliner yang ada di Indonesia. Berbagai cerita mengalir, diantaranya
pengalaman ketika ia memperkenalkan tukang kopi keliling ke turis-turis asing,
mengajak wisatawan ke berbagai tempat kuliner di berbagai tempat di Jakarta
yang memiliki pengaruh budaya dan kuliner antar bangsa, seperti : Explore
Little India (Pasar Baru), Explore Old Town Batavia (Kota Tua), Explore
Portugese Village (Kampung Tugu) dan Explore Little Arab (Cikini). Ira juga
menjelaskan berbagai brand kuliner produk Indonesia yang telah go internesional,
seperti Es Teler 77, Kebab Rafi, J Co,dll. Sejarah mengenai kuliner Indonesia
juga diceritakan-nya, misalkan Kue Cubit Indonesia yang ternyata terinspirasi
dari Pofffertjes (Kue Belanda favorit saya!), demikian pula mengenai Pindang
Serani makanan khas Kampung Tugu yang banyak terinspirasi dari kuliner
Portugis. Ternyata Pindang Serani ini ciri khasnya adalah bumbunya yang utuh –
tidak dihancurkan/uleg dan tidak dipotong-potong – kemudian di bakar. Kata
Serani berasal dari bahasa Melayu yang artinya penduduk peranakan Portugis.
ICIP – ICIP KULINER
Usai talkshow yang menambah wawasan INDONESIA IS ME, kami
diajak mencicipi beraneka kuliner Indonesia. Makanan-makanan tersebut tersaji
di 2 tempat, yakni di Kantor Pemasaran Synthesis Development dan di booth
pameran Prajawangsa Apartment. Adapun makanan yang kami icip-icipi adalah :
- Sayur Babanci – Betawi (Historia Kafe)
Nama makanan yang lucu, ternyata penamaan makanan ini
dikarenakan jenis-nya yang tidak jelas. Dikatakan sayur, tetapi tidak ada sayur
hijau-nya, bukan soto bukan juga rasa kare. Berkuah namun tidak ada sayur-nya,
sekilas mirip dengan kare tetapi rasanya berbeda dengan kare. Karena inilah
maka makanan ini disebut dengan Sayur Babanci. Bahan dan rempah untuk membuat
sayur ini bisa sampai 17 jenis dan diantaranya sudah sulit ditemukan di
Jakarta, sehingga makanan ini juga jarang ditemukan penjualnya. Diantara bahan
untuk membuat masakan ini adalah daging dan irisan kelapa muda. Makanan Betawi
ini kini tersaji pada saat hari-hari besar, seperti saat hari Raya Idul Fitri
dan Lebaran Haji. Salah satu yang menyajikannya adalah Historia Cafe.
- Martabak Rendang (D’Marco Martabak)
Martabak Telur merupakan salah satu kegemaran orang Indonesia
dari berbagai kalangan. Terutama di Jakarta sangat mudah menemukan gerobak
penjual dari makanan yang menurut beberapa sumber memiliki pengaruh dari India.
Selain mudah ditemukan di Indonesia, Martabak Telur juga mudah ditemukan di
Singapore dan Malaysia. D’Marco Martabak meluncurkan inovasi baru dengan
menyajikan MARTABAK RENDANG PEDAS yang juga dijual dalam kemasan beku (frozen
food). Dan di D’Marco merupakan pelopor dan satu-satunya yang menjual Martabak
Frozen.
- Kue Kue Khas Kampung Tugu (Pisang Udang dan Ketan Unti) dari Enna Catering
Kampung Tugu di Semper Jakarta Utara dikenal juga dengan
sebutan “Portugese Village), ternyata di sini kita akan mendapatkan kuliner
khas-nya yang banyak mendapat pengaruh dari bangsa Portugis, diantaranya Pisang
Udan dan Ketan Unti yang kami icip di Bassura City. Ibu Enna hanya memasaknya
jika ada pesanan. Wah, saya harus memasukkan agenda berkunjung ke Kampung Tugu
secara khusus nih karena sebenarnya kawasan Semper tidak terlalu jauh dari
tempat tinggal saya.
- Kue Timpan – Aceh dari RM Selera Kita
Ini salah satu makanan khas Aceh yang disajikan pada
hari-hari besar Islam, terbuat dari tepung ketan berisikan Srikaya dan Telur.
Tetapi memang kue ini sangat jarang ditemukan di rumah makan Aceh di Jakarta.
Biasanya di rumah makan khas Aceh hanya menyajikan aneka Mie Aceh dan kari-kari
ala India khan? Di Rumah Makan Selera Kita yang berlokasi di Pasar Baru menyajikan
Kue Timpan ini apabila ada pemesanan. Wow, saya mencicipi kue ini di tanggal
ulang tahun almarhum ayahanda jadi terharu deh, karena Ayah saya kelahiran
propinsi Aceh. Terima kasih Synthesis Development yang sudah berkenan
mengadakan acara ini dengan mengajak Jakarta Food Adventure dan Blogger Crony.
- Es Pallubutung – Makassar dari Bikini’s Food
Es Pallubutung. Kalau dessert yang satu ini sebenarnya tidak
terlalu asing bagi saya yang telah 2x berkunjung ke Makassar. Di Bassura City
saya menikmati menu ini dari Bikini’s Food.
- Kue Lampet – Batak Tapanuli
Jajanan Batak yang berasal dari Tapanuli ini mengingatkan
saya pada kue Putu yang beberapa tahun lalu sering lewat di rumah saya. Jika
kue Putu dibentuk dengan batang bambu, maka kue Lampet (Dibaca Kue Lappet)
dibentuk menyerupai limas dan dibungkus daun pisang. Terdapat 2 jenis Lampet,
yakni Lapet Beras dan Lapet Ketan. Lapek yang paling terkenal adalah dari
kecamatan Siborong Borong yang terletak antara Tarutung dan Boliga.
- Teh Talua – Sumatera Barat dari Pak Datuak
Menurut saya Teh Talua hampir serupa dengan Teh Tarik
Malaysia. Hanya Teh Talua menambahkan dengan telur kampung. Minuman hangat ini
merupakan menu wajib di tiap warung traditional ataupun restoran khas Padang.
Bahannya adalah campuran teh, gula, telur, dan sedikit perasan jeruk nipis. Teh
Talua ini dianggap sebagai minuman berbudaya, bergengsi dan berkelas yang
disajikan di acara yang dihadiri para pejabat, saudagar dan orang kaya loh!
Tapi pada kenyataannya petani yang hendak meladang juga minum Teh Talu karena
diyakini dapat menambah stamina. Dan saya juga menyenangi Teh Talua ini.
Asyik khan ternyata berpetualang kuliner INDONESIA IS ME?!
Semoga saya bisa menikmati lebih banyak lagi menu-menu ini di penjualnya secara
langsung. Semangat saya untuk mencicipi berbagai kuliner Indonesia juga semakin
membara!
1 comment:
ngilerrrrr! jadi laper!
Adis takdos
travel comedy blogger
www.whateverbackpacker.com
Post a Comment