Sunday, August 14, 2016

Petualangan Kuliner 'INDONESIA IS ME' at Mall Bassura

Bassura City merupakan kawasan superblock yang terletak di Jakarta Timur, sangat strategis dikarenakan dekat dengan toll dalam kota, selintas dengan area perkantoran Kasablanka dan  mudah mencapai ke kawasan bisnis Kuningan dan Sudirman. Bahkan searah juga dengan kawasan Jakarta Timur yang  ramai dengan aneka kegiatan bisnis sekaligus kegiatan keluarga. Mudah dijangkau dari berbagai arah. Tak jauh dari Bandara Halim Perdana Kusuma , stasiun Jatinegara bahkan mudah menuju pelabuhan Tanjung Priok.
Saya diperkenalkan Bassura City  oleh pihak pemasarannya sejak belum di bangun karena Ibu saya membeli unit apartment di Kalibata City yang juga dikerjakan oleh Synthesis Development. Seringkali melintas di jalan tol dan melihat perkembangan pembangunannya, namun baru mendapat kesempatan ke lokasi Bassura City pada tanggal 6 Agustus 2016 ketika hadir undangan bersama Blogger Crony  dalam acara ‘Petualangan Kuliner Indonesia’ olahan Jakarta Food Adventure bekerjasama dengan Synthesis Development yang selama bulan Agustus 2016 mengadakan rangkaian acara kampanye  INDONESIA IS ME . Sesuai dengan semangat proyek-proyeknya yang mengangkat thema INDONESIA, seperti Bassura  diambil dari singkatan nama jalan lokasi proyek yang merupakan salah satu pahlawan Indonesia, serta Prajawangsa Apartment yang namanya sedemikian Indonesia era dahulu.
Saya jadi teringat lagi deh arti kemerdekaan yang saya cetuskan dan di muat di harian Kompas tanggal 16 Agustus 2007 (Ada di profil blog saya ini)  Nah, berarti benar dong jika kuliner merupakan bagian dari INDONESIA IS ME? :)

Tarian Pembuka


Acara Talkshow Dunia Kuliner memilih thema “Petualangan Kuliner Indonesia dan Kuliner Indonesia di Mata Dunia” dimulai pada pukul 13.00 oleh MC, Idfi Pancani. Pembicara talkshow siang itu adalah Ira Lathief (Pendiri Jakarta Food Adventure, Tour Guide dan Pemilik D’Marco Martabak) serta Harry Nazaruddin dan Lidia Tanod (Moderator JalanSutra dan Penulis Buku Kuliner ‘100 Maknyus Bali’ dan ‘100 Maknyus Jakarta’). Bukan pertama kalinya saya ‘bertemu’ dengan mereka, karena tahun 2012 saya menulis buku keroyokan bersama Ira Lathief dan Idfi P (Baca : Cinta #JakartaBanget). Serta tanggal 19 July 2016 saya mengikuti Workshop Food Photography and Writing Class dengan pengisi materi adalah Harry Nazaruddin dibantu oleh Lidia Tanod.


Siang itu Harry Nazaruddin (Lebih dikenal dengan panggilan Harnaz) dan Lidia Tanod berbicara secara ‘tandem’. Thema yang mereka bahas adalah ‘Apakah Kuliner Indonesia Layak Dipopulerkan di Luar Negeri?’ Mereka bercerita mengenai jamur Pelawan (Kulat Pelawan) yang harganya mencapai Rp 1,5 juta perkilogramnya. Ini adalah jamur eksotis asal Bangka dengan warna kuning langsat. Hanya tumbuh di daerah Pelawan  saat hujan dan petir. Jamur asal Bangka yang langka ini menurut Lidia rasa dan keunikannya bisa disandingkan dengan trufel asal Perancis.
Setelah Lidia menceritakan Kulat Pelawan, Harnaz melanjutkan cerita mengenai Latoh atau Bulung di Bali. Latoh adalah rumput laut berbulir yang memiliki potensi dijadikan sebagai bahan kuliner khas Indonesia siap mendunia.Di Okinawa Jepang memang ada rumput laut sejenis Latoh, tetapi hanya di makan tanpa diolah lebih lanjut lagi. Sedangkan di Lasem Jawa Tengah Latoh diolah menjadi menu Urap dan di Bali diolah menjadi Rujak. Sedemikian uniknya Latoh, di Lasem dijadikan sebagai salah satu motif batik Lasem. Keren yak?!
Ira Lathief menceritakan tentang berbagai pengalamannya ketika ia menjadi pemandu wisata international yang mendalami kuliner yang ada di Indonesia. Berbagai cerita mengalir, diantaranya pengalaman ketika ia memperkenalkan tukang kopi keliling ke turis-turis asing, mengajak wisatawan ke berbagai tempat kuliner di berbagai tempat di Jakarta yang memiliki pengaruh budaya dan kuliner antar bangsa, seperti : Explore Little India (Pasar Baru), Explore Old Town Batavia (Kota Tua), Explore Portugese Village (Kampung Tugu) dan Explore Little Arab (Cikini). Ira juga menjelaskan berbagai brand kuliner produk Indonesia yang telah go internesional, seperti Es Teler 77, Kebab Rafi, J Co,dll. Sejarah mengenai kuliner Indonesia juga diceritakan-nya, misalkan Kue Cubit Indonesia yang ternyata terinspirasi dari Pofffertjes (Kue Belanda favorit saya!), demikian pula mengenai Pindang Serani makanan khas Kampung Tugu yang banyak terinspirasi dari kuliner Portugis. Ternyata Pindang Serani ini ciri khasnya adalah bumbunya yang utuh – tidak dihancurkan/uleg dan tidak dipotong-potong – kemudian di bakar. Kata Serani berasal dari bahasa Melayu yang artinya penduduk peranakan Portugis.

ICIP – ICIP KULINER 

Usai talkshow yang menambah wawasan INDONESIA IS ME, kami diajak mencicipi beraneka kuliner Indonesia. Makanan-makanan tersebut tersaji di 2 tempat, yakni di Kantor Pemasaran Synthesis Development dan di booth pameran Prajawangsa Apartment. Adapun makanan yang kami icip-icipi adalah :
  • Sayur Babanci – Betawi (Historia Kafe)
Nama makanan yang lucu, ternyata penamaan makanan ini dikarenakan jenis-nya yang tidak jelas. Dikatakan sayur, tetapi tidak ada sayur hijau-nya, bukan soto bukan juga rasa kare. Berkuah namun tidak ada sayur-nya, sekilas mirip dengan kare tetapi rasanya berbeda dengan kare. Karena inilah maka makanan ini disebut dengan Sayur Babanci. Bahan dan rempah untuk membuat sayur ini bisa sampai 17 jenis dan diantaranya sudah sulit ditemukan di Jakarta, sehingga makanan ini juga jarang ditemukan penjualnya. Diantara bahan untuk membuat masakan ini adalah daging dan irisan kelapa muda. Makanan Betawi ini kini tersaji pada saat hari-hari besar, seperti saat hari Raya Idul Fitri dan Lebaran Haji. Salah satu yang menyajikannya adalah Historia Cafe.
  • Martabak Rendang (D’Marco Martabak)
Martabak Telur merupakan salah satu kegemaran orang Indonesia dari berbagai kalangan. Terutama di Jakarta sangat mudah menemukan gerobak penjual dari makanan yang menurut beberapa sumber memiliki pengaruh dari India. Selain mudah ditemukan di Indonesia, Martabak Telur juga mudah ditemukan di Singapore dan Malaysia. D’Marco Martabak meluncurkan inovasi baru dengan menyajikan MARTABAK RENDANG PEDAS yang juga dijual dalam kemasan beku (frozen food). Dan di D’Marco merupakan pelopor dan satu-satunya yang menjual Martabak Frozen.
  • Kue Kue Khas Kampung Tugu (Pisang Udang dan Ketan Unti) dari Enna Catering
Kampung Tugu di Semper Jakarta Utara dikenal juga dengan sebutan “Portugese Village), ternyata di sini kita akan mendapatkan kuliner khas-nya yang banyak mendapat pengaruh dari bangsa Portugis, diantaranya Pisang Udan dan Ketan Unti yang kami icip di Bassura City. Ibu Enna hanya memasaknya jika ada pesanan. Wah, saya harus memasukkan agenda berkunjung ke Kampung Tugu secara khusus nih karena sebenarnya kawasan Semper tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya.
  • Kue Timpan – Aceh dari RM Selera Kita
Ini salah satu makanan khas Aceh yang disajikan pada hari-hari besar Islam, terbuat dari tepung ketan berisikan Srikaya dan Telur. Tetapi memang kue ini sangat jarang ditemukan di rumah makan Aceh di Jakarta. Biasanya di rumah makan khas Aceh hanya menyajikan aneka Mie Aceh dan kari-kari ala India khan? Di Rumah Makan Selera Kita yang berlokasi di Pasar Baru menyajikan Kue Timpan ini apabila ada pemesanan. Wow, saya mencicipi kue ini di tanggal ulang tahun almarhum ayahanda jadi terharu deh, karena Ayah saya kelahiran propinsi Aceh. Terima kasih Synthesis Development yang sudah berkenan mengadakan acara ini dengan mengajak Jakarta Food Adventure dan Blogger Crony.
  • Es Pallubutung – Makassar dari Bikini’s Food
Es Pallubutung. Kalau dessert yang satu ini sebenarnya tidak terlalu asing bagi saya yang telah 2x berkunjung ke Makassar. Di Bassura City saya menikmati menu ini dari Bikini’s Food.
  • Kue Lampet – Batak Tapanuli
Jajanan Batak yang berasal dari Tapanuli ini mengingatkan saya pada kue Putu yang beberapa tahun lalu sering lewat di rumah saya. Jika kue Putu dibentuk dengan batang bambu, maka kue Lampet (Dibaca Kue Lappet) dibentuk menyerupai limas dan dibungkus daun pisang. Terdapat 2 jenis Lampet, yakni Lapet Beras dan Lapet Ketan. Lapek yang paling terkenal adalah dari kecamatan Siborong Borong yang terletak antara Tarutung dan Boliga.
  • Teh Talua – Sumatera Barat dari Pak Datuak
Menurut saya Teh Talua hampir serupa dengan Teh Tarik Malaysia. Hanya Teh Talua menambahkan dengan telur kampung. Minuman hangat ini merupakan menu wajib di tiap warung traditional ataupun restoran khas Padang. Bahannya adalah campuran teh, gula, telur, dan sedikit perasan jeruk nipis. Teh Talua ini dianggap sebagai minuman berbudaya, bergengsi dan berkelas yang disajikan di acara yang dihadiri para pejabat, saudagar dan orang kaya loh! Tapi pada kenyataannya petani yang hendak meladang juga minum Teh Talu karena diyakini dapat menambah stamina. Dan saya juga menyenangi Teh Talua ini.

Asyik khan ternyata berpetualang kuliner INDONESIA IS ME?! Semoga saya bisa menikmati lebih banyak lagi menu-menu ini di penjualnya secara langsung. Semangat saya untuk mencicipi berbagai kuliner Indonesia juga semakin membara!

1 comment:

Adis takdos said...

ngilerrrrr! jadi laper!

Adis takdos
travel comedy blogger
www.whateverbackpacker.com