Wednesday, December 15, 2010

Open Rice Indonesia

Awalnya saya mengetahui mengenai website OpenRice Indonesia dari koran Seputar Indonesia. Menawarkan aneka jenis restaurant dari berbagai cita rasa, baik makanan maupun minuman. Dari makanan besar hingga cemilan. Dari restaurant Eropa ala aristokrat hingga warung khas pedesaan Indonesia (namun dengan penyajian yang disesuaikan dengan masyarakat metropolitan).

Yang paling mengasyikkan dari OpenRice Indonesia adalah semua masyarakat boleh mengirimkan pengalaman mereka ketika berkunjung dan mencoba aneka hidangan kuliner yang ada di restaurants yang mereka pernah kunjungi, bahkan saat ini OpenRice Indonesia juga membagi - bagikan tiket menonton gratis di cinema...hhuuuiii, ngerti aja dah apa yang daku suka * hus, maksudnya yang disuka kebanyakan masyarakat metropolitan - bukan daku aja kaaaleee..Kelewat narsis banget daku yak?! ;-p

Tambahan saran untuk OpenRice Indonesia nih, yaitu : tolong dong beri informasi di setiap restaurant yang di-reviews atau ditampilkan, mana-mana saja restaurant yang memiliki sertifikat halal dari MUI. At least kalau nggak ada sertifikat MUI bisa kasih informasi manakah restaurant yang tidak menggunakan bahan dari hewan babi (semua unsur babi ya, termasuk minyaknya...NO...NO...NO...). Yang membuat saya sering teriris hatinya (duh lebay) es krim import nan yummy itu ternyata ada yang gelatin (whatever dah!) dari hewan yang satu ini. Diharapkan lagi OpenRice Indonesia juga memberi informasi minuman mana saja yang tidak mengandung alkohol.

Cerita soal makanan lezat, minuman enak, tempat nongkrong yang asyik dan menjual aneka makanan dan minuman??? Bebas bercerita tentang apapun mengenai restaurant di sekelilingmu - tapi sementara ini masih di wilayah seputaran Jabodetabek dan Bandung. Menikmati makanan seorang diri atau bersama - sama orang beberapa kelurahan...ayo deh silakan kamu ceritakan di OpenRice Indonesia.

Mau cari info mengenai apapun tentang F & B juga bisa dilakukan di OpenRice Indonesia. Sesuai namanya OpenRice Indonesia bersifat open bagi semua orang. Lebih seru lagi nih andai OpenRice Indonesia mengadakan aneka kompetisi dan quiz berhadiah secara periodik!

Tapi sepertinya sudah mulai kok, saat ini kita semua bisa dapat discount, 3x cerita alias mengirimkan 3 reviews mendapatkan 1 tiket nonton di cinema kesayangan, bahkan bisa dapat Blackberry gratis! Waaaddduuuhhh...jangan pada ngirim deh, supaya daku aja yang bisa dapetin Blackberry gratisannya,,,;-p


Monday, November 1, 2010

Warung (Cafe) Nasi Goreng Kemang



Malam minggu terakhir di bulan Oktober 2010 saya, Amel, Bimo dan Fajar berangkat dari Amel's House dengan Starlet yang dikemudikan Bimo menuju Pejaten Village. Niat di PenVil membeli tiket film 'The Social Network' di XXI kemudian langsung mencari makanan di luar – karena niat kami adalah menonton midnight yang masih ada waktu sekitar 2 jam-an lagi,,,
Kami parkir sembarangan...sampai ditegor tukang parkirnya...hehehe,cuma sebentar kok, Pak! Akhirnya saya dan Amel deh yang naik ke XXI dan membeli tiket untuk 4 orang dan langsung turun lagi ke lobby – naik mobil dan langsung keluar dari area PenVil menuju Kemang area. Tadi sore saya dan Amel melihat artikel mengenai Nasi Goreng Ijo Kemang di tabloid Genie.
Karena kami berdua tidak membawa tabloid-nya jadilah kita mencari alamatnya melalui Amel's Blackberry. Kemudian Bimo dan Fajar menginput alamat yang telah ditemukan tersebut ke GPS yang terpasang di dashboard. Melajulah kami mengikuti petunjuk GPS...
Sampailah kita di Warung Nasi Goreng Kemang yang telah berubah wujud menjadi resto semi cafe. Kami berempat memilih area non-smoking (in door). Diluar terlihat giant screen yang menayangkan penyanyi-penyanyi dunia – diantaranya lagu Millenium-nya si Om Robbie William (Berasa kelempar waktu terakhir ke NZ deh...).
Pelayanan-nya lumayan cepat loh, saya dan Amel memesan : Nasi Goreng Ijo, Bimo dan Fajar memesan : Nasi Goreng Kampung. Keduanya harga perporsi-nya Rp 27.000 + tax. Minumannya Bimo memesan Ice Coklat dan saya Air Oxy yang masing-masing dibandrol Rp 13.000 + tax. Sedangkan Amel dan Fajar memesan Blended Caramel seharga @ Rp 27.000 + tax.
Kami makan dengan kilat, mengingat waktu yang tak banyak. Saya cukup menikmati Nasi Goreng Ijo yang pedasnya pas di selera saya – rasa pedasnya berasal dari sambel ijo. FYI ini tempat makan baru dibuka tahun 2010, sebelumnya hanya sebuah warung tenda yang letaknya di depan bangunan yang sekarang berdiri. Bahkan di halaman belakang terdapat space/taman yang dapat digunakan untuk pesta. Menu lain selain nasi goreng (Ada juga Nasi Goreng Tuna, Nasi Goreng Buntut) ada juga Tom Yum, Soto Ayam, Soto Betawi dan beberapa menu lainnya.
Dengan kecekatan pelayanan, kekhasan nasi goreng dan cozy-nya tempat ada niatlah saya untuk kembali makan disini :-)

Saturday, October 23, 2010

Ada Lobi Lobi di Gado Gado BOPLO

Tadi siang (23 Oktober 2010 - Sabtu) dari salon dekat rumah saya ikutan Mbak Yoen, Ibu dan Galuh (seperti biasa yang nyetir Toyota Altis Hitamnya) ke Gado Gado Boplo di Boulevard Kelapa Gading, makan siang karena waktu telah menunjukkan pukul setengah 2 siang.
Kami langsung menuju meja dengan kursi tepat untuk 4 orang. Berhubung ini tempat makan khas dengan Gado Gado-nya maka saya langsung memesan Gado Gado tanpa sayuran yang membuat mbak waitress-nya kebingungan dan menawarkan Lontong Tahu. Ogah, saya khan mau-nya Gado Gado, tapi tanpa sayur. Selalu, dimanapun saya memesan Gado Gado pasti taker order atau tukangnya melongo terlebih dahulu. Kalau ekspresi mereka udah melongo-ngok baru deh saya ngomong,"Pakek lontong, kentang, telor, jagung, tahu, tempe...tanpa sayur!". Terserah deh apa yang ada dibenak mereka, toh saya nggak pesan Mie Ayam tanpa Mie...(kalau ini silakan bingung deh...).
Kali ini Galuh memilih Nasi Goreng Buntut, Mbak Yoen memesan Mie Juhi dan Ibu memesan Gado Gado Lontong "normal". Saya sempat kegirangan melihat standing menu di atas meja yang bergambarkan 'Es Lobi Lobi'. Sudah lama saya mendambakan buah tropis yang mulai terlihat jarang di pasaran - bahkan nyaris sudah tak terlihat lagi. Minggu lalu di sebuah toko manisan di Mall Kelapa Gading saya sempat mengatakan kepada Galuh bahwa saya sangat mendambakan buah berwarna merah ini, namun Galuh aja nggak ngerti buah bernama Lobi Lobi tersebut. Eh, ndilalah kali ini saya menemukan dan langsung memesannya. Slluuurrppp,,,ssyyyyiiiup! Syik...asyik...asyik!
Gado Gado Boplo di Boulevard Kelapa Gading merupakan salah satu cabang yang memiliki function room, dan terdapat mini stage yang digunakan untuk performa live music.
Selesai makan, tanpa basa basi dan tanpa bayar (karena Mbak Yoen yang bayar) saya langsung menuju Altis-nya Galuh yang terparkir di depannya. Memang kami sekedar makan disini karena setelah itu Galuh harus mengambil nomor test di Bapenas.
Jadi karena harus cepat - cepat pula menulis cerita ini, dan andai kalian ingin mengetahui mengenai apa dan bagaimana tempat makan yang satu ini, silakan kunjungi website-nya yang sangat informatif.

Monday, September 13, 2010

Icap Icip di Hari Kemenangan

Hari Raya Kemenangan 1431 H, masehinya 1- September 2010 sekaligus September Ceria bagi saya. Seperti tahun sebelumnya jika hari Raya di Jakarta setelah bermaafan kami laksana rombongan lenong keluarga pasti ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. Yang jaga rumah pastinya ada dong, dan tahun ini 'ketambahan' Ibu yang nggak ke TMP karena kakinya yang masih recovery.
Dari TMP Kalibata saya naik Toyota Innova-nya keluarga Mbak Yoen dikemudikan Galuh menuju Pluit. Kami berdelapan (Saya,Galuh,Pandu,Mbak Nana,Owien,Asti,Aril,Dimas) bermaksud mencari suasana lain lebaran sambil ber-karaoke ria. Sampai di Pluit Junction, dengan suksesnya kami menemukan I-Sing Karaoke yang tutup sampai tanggal 16. Jadinya kita keliling Pluit Junction dan menyeberang ke Emporium Pluit.
Yang pasti, bukan Prajurit Kansas57 kalau pergi ke suatu tempat jika tanpa makan!

Sour Sally - Emporium Pluit
Keliling Emporium, cingak-cinguk di XXI tapi tidak tertarik dengan filmnya akhirnya kami memutuskan untuk nongkrong sambil makan. Area foodcourt full, jadi lebih baik ke Pluit Junction. Tiba-tiba Asti, Aril dan Owin menghilang. Yihaa, setelah ditelepon ternyata mereka nyangkut di Sour Sally. Kami-pun menghampiri mereka.
Di kedai Sour Sally Asti dan Aril tengah menikmati Pinklicious + Mix Mochi topping. Sedangkan Owien menikmati Twist Green Tea + Mix Mochi topping. Saya-pun icap icip kedua pesanan tersebut tanpa memesan lagi...hihihi...Oh ya, Sour Sally itu adalah U.S Premium Non-Fat Frozen Yogurt. Warnanya yang pastel hijau...maksudnya desain kedainya menarik mata. Segar! Selera saya banget! Yogurt-nya juga segar, en mudah-mudahan juga menyehatkan. Keterangan lainnya sih silakan cari ndiri ya, saya khan bukan PR or Marketingnya...hehehe. Cuma sedikit info, bahwa harga yang keponakan saya pesan @ Rp 28.000 ,- ( 1 topping ).Katanya sih ada 20 jenis topping yang kita bisa pilih, diantaranya Banana, Mango, Kiwi, Nata De Coco, Almmd, Strawberry, Choco Balls, Loacker, Fruity Febbles....dan....
Slluuurrrppp...huaaa jadi pengen lagi deh!Website Sour Sally juga lucu deh,walaupun jadi kurang informasi produk ;-)

Takoichi - Pluit Junction
Ini dia kedai Japanese Octopus Ball! Gurita?! Yap,buat yang doyan sama komik Jepang pastinya nggak asing dengan makanan yang satu ini. Pertama kali saya mencicipi hewan laut yang memiliki banyak tangan ini tahun lalu - di Lembang Jawa Barat, nyicip pesanannya Owien.
Nah kali ini saya memesan Yakiudon (Seafood), Mbak Nana memesan Yakiudon (Chicken) dan pesanan Asti Yakiudon (Beef).Sedangkan yang lainnya memesan Okonomiyaki. Kami saling icap icip deh. Semua makanan disajikan di box karton. Okonomiyaki menurut pendapat saya rasanya mirip Fu Yung Hai plus potongan - potongan kecil daging gurita yang ditaburi mayones. Masing-masing makanan yang kami pesan harganya @ Rp 28.000 ,-. Yang bayar Galuh...thanks ya,Gals...semoga bukan karena terpaksa. Makanan ala Jepang ini memang sedap disantapnya saat masih hangat. Kebalikan dari Sour Sally...hehehe
Oh ya, kami nggak pakai pesan minuman, kecuali Galuh yang memesan sebotol kecil air mineral.

Monday, September 6, 2010

Buka Puasa di Bangkok 69

Puasa sih puasa...tahun ini saya nggak puasa selama 11 hari loh! Huaaa...bangga seh?! Itulah kenikmatan bagi seorang wanita...xixixi...
Nah selama bulan Ramadhan ini, walau undangan berbuka puasa tidak seriuh bulan Ramadhan sebelumnya saya tetap sangat dapat menikmati aneka hidangan sahur , berbuka serta lunch pada saat tidak berpuasa.
Okay, kali ini saya cerita sekilas dulu mengenai buka puasa di Bangkok 69, salah satu restaurant di Gading Food City. Waktunya weekend 4 September 2010.Yang ntraktir Mbak Yoen dan keluarga.Hidangannya??? Besok saya lanjutin deh,karena sekarang sya mau out dulu...sabar yaaa,khan lagi bulan puasa.Kesabaran juga diuji loh ;-D
Oke..mulai deh tentang hidangannya :
Kami datang jam 5 kurang beberapa menit, memesan : Gurame Asem Manis, Udang Telor Asin, Kangkung hotplate Telor Puyuh dan ada dagingnya, plus Cumi Saos Mentega. Tambahan untuk cemilan Lumpia.Minumnya Ice Lemon Tea untuk saya, Galuh,Pandu,Mbak Yoen en Mas Tirto. Menjelang beduk Maghrib kami kembali ke resto ini. Iiih,mosoq meja yang kami reserverd ditukar ke orang lain sih?! Langsung deh kita minta free tajilan, Es Cincau Manis Santan.Kemudian kami lahap semuanya. Porsinya lumayan besar, jadi kami gak seberapa 'ngoceh' saat diberitahu kalau Lumpia yang dipesan Galuh nyasar ke meja lain. Ampun dah tuh orang yang nerima Lumpia, dia khan gak pesan Lumpia kenapa diembat juga yak?! ckckck....
Duh, berhubung saya nulisnya sambil ngabuburit ,jadi gak usah saya ulas lebih dalam ya.Yang jelas, dari pesanan tersebut Mbak Yoen membayar tigaratuslimapuluh ribuan.

Monday, May 3, 2010

Ayam Pengemis : Favorit Raja China


-->
Usai acara launching Pink Berry Club di MP Cipete dan nganter Sekar siaran KKPK di DFM Radio, kami melanjutkan perjalanan ke Sumarecon Mall Serpong melalui toll dari TB Simatupang.”Prajurit Kansas 57” yang berada dalam Tavera-nya Mas Tunggal adalah Mas Tunggal,Mbak Rita,Sekar, Seno plus ibu dan saya, tentunya. Sejak beberapa waktu lalu ibu saya memang ingin mencoba makan “Ayam Celengan”...maksudnya adalah “Ayam Pengemis” or “Beggar’s Chicken” – makanan pengemis yang akhirnya jadi favorit-nya sang Kaisar Tiong Hoa zaman dahulu kala. Ini menurut kisahnya lowwwh...
Begitu turun dari mobil kami langsung masuk restoran ‘Chicken Village’ yang terletak di “teras” SMS. Chicken Village berdesain unik yang hari itu (Minggu, 20 December 2009) bernuansa Natal begitu penuh. Tetapi tak sampai menunggu kami langsung mendapat tempat di dalam resto ber-quota “Tasty Heritage” untuk 6 orang. Pas! Daftar menu diberikan oleh waitress, terbaca makanan unggulan – yakni : Roasted Pipe Chicken (Ayam Pipa) seharga @ Rp 78.000 (full satu ayam) atau @ Rp 42.000 jika memesan ½ ekor ayam – Apple Chicken (Ayam Saos Apel) yang harganya sama dengan Ayam Pipa. Makanan unggulan satu lagi yang saat ini di-“bidik” oleh kami, adalah “Beggar’s Chicken” alias Ayam Pengemis seharga Rp 168.000 ,- Gak boleh pesan ½ dan sepertinya kalau siang itu kami kehabisan maka kami tidak akan makan di resto ini. Jauh – jauh dari Timur Jakarta emang ngincer menu yang satu ini khan...,tetapi sebentar lagi ‘Chicken Village’ akan membuka cabang di Kelapa Gading. Yap,kita tunggu deh!
Disamping ‘Ayam Pengemis’ kami memesan makanan lain,diantaranya Angsio Tahu dan Kepiting Telor Asin plus Udang Mayoinase...apa lagi ya??? Fokusnya hanya ‘Ayam Pengemis’ sih...hehehe,walau banyak aneka makanan yang ditawarkan disini, misalnya : beraneka jenis soup (Jagung Manis Ayam Cincang, Ayam Pedas ala Szechuan, Tahu dengan Seafood, Asparagus dengan Kepiting). Yang lebih ‘bernilai’ adalah Sup Hisit dengan Telor Kepiting yang dibandrol @ Rp 138.000 per-porsinya. Kalau nggak pesan ‘Ayam Pengemis’ boleh juga nih nyoba ;-D. Yang harganya dibawah Rp 20.000 ,- bisa pesan : Tauge Ikan Asin, Cai Miaw dengan Bawang Putih, Buncis Muda ala Singapore atau beraneka ragam Dim Sum. Menyediakan juga Bubur HongKong, kalau pesan Bubur Ayam dengan Jamur Hitam harganya @ Rp 16.800/porsi sampai Bubur Ayam dengan Kerang Putih @ Rp 22.800. Mau pesan sayuran? Bisa pesan Brocoli dengan harga @ Rp 32,800 atau Asparagus @ Rp 43.800. LOOOBSTTEEERR....pengeeeen! Berapa tahun yak daku gak makan Lobster laut? Dulu saya, Bwanna dan “Sang Mantan” pernah tuh masak bareng Lobster di flat kami di Penrose – Auckland. Mantaap banget! Lobster di Chicken Village harga-nya tergantung pasar. Hhmmm..nexttime ya ;-)
Beggar’s Chicken-pun terhidang dihadapan kami. Hihihi, jadi inget celengan ayam. Memang celengan ayam yang belum di-cat. Disajikan full dengan palu-nya, kemudian dipecahkan oleh waitress. Lalu terkuaklah ayam di dalam celengan tersebut. Katanya sih itu tanah liat, tapi setelah saya pegang dan pencet, seperti adonan tepung. Barangkali memang udah di modifikasi, bukan tanah liat betulan. Waitress-nya sih waktu ditanya bilang kalau itu beneran tanah liat. Kami menikmati hidangan tersebut, Ayam Pengemis terasa empuk dan herb-nya berasa banget. Nggak bisa dibandingin sama jenis makanan lain deh. Tidak manis, tidak pahit, tidak asin...rasanya “lurus-lurus aja”, pas banget deh! Komentar ibu,”Rasanya kok manis nggak – asin juga nggak – asam juga nggak ya?”. Nah, kalau komennya Mas Tunggal ,”Kok seperti ada rasa araknya ya?” Yang disahutin Mbak Rita,”Iya,tapi halal khan?”. Yang pasti sih kalau komen-ku emang berasa herb-nya gituh, ramuan China. Kalau menurut Chicken Village, The Taste of The Chicken is : AROMATIC, TASTY & TENDER.
Proses membuat Ayam Pengemis yang di Beijing disebut ‘Fu Guai Gai’ atau ‘Rich and Noble Chicken’ lumayan memerlukan waktu yang lama, bisa lebih dari 5 jam – bahkan saat bisa semalaman agar bumbu-nya meresap. Niat mencoba?? Kalau saya sih belum berniat...mendingan langsung makan ke restoran-nya ajalah ;-) Program jangka pendek saya adalah memasak ‘Ayam Kodok’. Kira – kira proses pembuatan Ayam Pengemis adalah : seluruh organ ayam dibersihkan dan dimasukkan bumbu-bumbu (China Herbs), wrapped ground lotus leafs, wrapped around clay and baked over low heat for hours. Resep lengkapnya, silakan cari di blog lain ya...nggak enak ati kalau copy paste.
Maap banget neh poto2nya belum bisa aku lampirkan lantaran poto2 yang aku buat dengan mata kepala dan tanganku sendiri belum sempat aku transfer, masih di hape CDMA-ku yang raiiib entah kemana.Yang pasti bukan ditangan pengemis. Semoga poto2 dan hapeku menjadi berkah untukku...sehingga aku tak perlu menjadi pengemis (halah,apa lagi neh! ;-p)

-->

Saturday, April 10, 2010

Kupi...Koffie...Coffee...Kopi....

Kupi...kupi...”An,bikin kupi ya,An?! Bikin kupi?” itu pertanyaan Aril, keponakan saya setiap pagi (11 tahun yang lalu) ketika melihat saya menyeduh secangkir coffee mix di meja makan. Saya dan beberapa anggota keluarga memang pecinta kopi, walau kami hanya peminum coffee mix atau instant coffee. Secangkir kopi pula yang dijadikan alat-nya Abeth untuk membangunkan saya di daerah St John Auckland.

Akhir Maret 2010 sampai pertengahan April 2010 saya mendapat tugas untuk menangani team lapangan project Raflesia – InDept Interview mengenai kopi. Team kami mewawancarai 15 peminum kopi yang terbagi 3 segments,yakni : Coffee Conoisseur, Heavy Coffee Drinkers and Social Coffee Drinkers. Harus dari SES A+ (Kendaraan minimal keluaran 2005, idealnya memiliki penggiling kopi sendiri dan memiliki kebiasaan ngopi di aneka coffee shop setidaknya min. 2- 3 x perminggunya)
Project ini sangat mendongkrak wawasan saya di dunia perkopian. Berkomunikasi dengan pecinta kopi secara langsung di lapangan. Hari Kamis (8 April 2010) saya sempat menemani Interviewer wawancara di Bengawan Solo Coffee ITC Kuningan - ini outlet pertama Bengawan Solo pertama di Indonesia loh - dengan salah satu responden segmen pertama. Seorang cowok eksekutif muda berusia 26 tahun - yang pernah berminat menjadi barista. Begitu duduk dia langsung merekomendasikan Ice Caramel Machiatto seharga Rp 24.000,-/cup ke kami. Saya-pun memesan kopi yang sama dengannya,sedangkan Mas Rudi memesan Vanilla Coffee. Ketika saya meminum kopi yang saya pesan..yup,Caramel-nya terasa nggak over, serbuk kopi (?) berada di setelah cream yang ditaburi caramel. Hhmmm,, ini  yang merupakan unggulannya kali yak??? Hanya sejenak saya nimbrung dengan mereka, karena Dini salah satu Interviewer telah mengabari bahwa telah berada di kantor Markplus Insight untuk mengambil perlengkapan (Guideline, MP3 dan gift) untuk mewawancara seorang cewek berusia 35 tahun kategori Social Coffee Drinkers yang akan diwawancara jam 15 di Apartemen Butik lantai 30 Kemayoran.
Pada project ini saya jadi teringat 'Kafe Kalosi', "tongkrongan" saya setiap pagi di Makassar. Baru 'ngeh' kalau Kalosi adalah nama salah satu jenis kopi Toraja. Halah, kenapa saya nggak mencoba menanyakan kopi Toraja yang terkenal itu saat saya di Makassar?!
Tanggal 9-nya saya sempat “gedebukan” karena harus mengatur jadwal IDI yang 12 responden kategori bisnis (tanggal 11 harus konfirmasi dengan salah satu manager cafe hotel berbintang).Untungnya yang kategori ini bukan Field Department yang mengerjakan. Tapi justru harus benar-benar konfirmasi! Di hari yang sama seorang responden kategori Social Coffee Drinkers ada yang akan diwawancara di lantai 5 kantor. Kali ini saya memberi tugas ke Nardi untuk mewawancara. Hhmmm...besok (11 April 2010) ada responden yang mau datang ke rumah saya untuk saya wawancara. Terpaksa saya sebagai Team Leader mewawancara, karena besok ada 4 responden! Phuuff...weekend-ku kali ini harus kerja,Bo’! Puuiifff, nikmatin aja dah, laksana daku menikmati secangkir coffee di bookshop diantara buku-buku yang berderet di bookshop. Ini salah satu kebiasaan saya di toko buku di Queen Street Auckland....”One cup of Latte, please...”.


Artikel lanjutan :
http://57odysseygemini.blogspot.com/2010/05/kopi-satu-kekayaan-negeri.html