Tuesday, August 8, 2017

Keeksotisan Makanan Thailand

Tanpa mengurangi rasa hormat dan kebanggaan saya terhadap kuliner Indonesia, saya berani mengatakan bahwa makanan Thailand adalah makanan terlezat di dunia. Dari satu sisi Indonesia memiliki keberagaman wisata dan kuliner yang melimpah, di sisi lain makanan terlezat di dunia adalah Rendang asal Sumatera Barat Indonesia. Tetapi keeksotisan serta kelezatan wisata dan kuliner Thailand lebih tergarap dan terekspos dengan sangat baik dikarenakan pemerintahannya yang sangat serius mendukung hal tersebut sehingga dari 10 makanan terlezat di dunia Thailand memasukkan 3 menu makanannya. Sedangkan Indonesia??? Dari sekian ribu atau bahkan jutaan menu aslinya kok ya hanya 1-2 yang masuk sebagai makanan terlezat di dunia?  

Saya masih menyimpan bill dari The Thai Village Restaurant Remeura Auckland NZ yang ditulisnya menggunakan aksara Thailand (Dok.Pribadi)

SAYA DAN THAILAND
Beras Thailand, Durian Bangkok, Jambu Bangkok, Pepaya Bangkok....ooooh,kenapa harus mereka yang lebih terkenal di mancanegara sih??? Masih ingat video klip Black or White-nya mendiang Michael Jackson?? ....Ups pada belum lahir yach waktu video tersebut mundar mandir di layar MTV? Saya juga saat itu masih sering pakai celana monyet kok, tetapi saya bisa melihat penari-penari Thailand bergaya menjadi penari latar video klip tersebut dengan penari berbagai bangsa...tapiii nggak ada tarian dari Indonesia...huaaa....Terus terus,Om Leo yang di tahun 2015 nyabet piala Oscar juga shoting film-nya,The Beach di Phi Phi Island yang masuk wilayah Thailand. Waduh,Om Leonardo Di Caprio yang masih lajang, kalau Cuma pengen shoting di tempat yang ada pohon kelapanya kenapa nggak di Indonesia aja sih? Apalagi di Indonesia ada akuuuu looooh.....*Om Leonardo-pun melongo*

SAYA DAN THAI FOOD
Mari kita tinggalkan Om Leo yang saya rasa masih belum bisa move on dari teraihnya piala Oscar-nya. Sekarang saya akan kembali bernostalgia menikmati makanan khas Thailand yang merupakan makanan favorit saya sejak bermukim di Auckland New Zealand. Yup, saya mengenal makanan Thailand justru di New Zealand. Awal tiba di Auckland teman saya lebih banyak berasal dari Thailand daripada orang Indonesia. Profil fisik kita mirip, sulit membedakan antara orang Indonesia dan Thailand. Dengan orang Malaysia kami justru agak berbeda karena profil mereka yang “melayu medok”, sedangkan dengan orang Thailand baru saya tandai jika mereka sudah berbicara karena suara mereka yang mendayu menye walaupun berbahasa Inggris. Dari sinilah saya familiar dengan makanan Thailand – keluar masuk Chao Praya,Thai Siam – bahkan sering teman Thailand memasakkan kami masakan Thailand yang spicy alias kaya rasa itu. Bahkan jika saya memasak, saya lebih senang masak makanan Thailand walaupun tidak bersama mereka. Bumbu masak dan cabe kering saya lebih memilih produksi Thailand yang saya beli dari toko Asia, apalagi label sertifikasi halal sudah tercantum di kemasan bumbu-bumbu tersebut dari lembaga sertifikasi halal negeri Gajah Putih ini. Keren yak? Padahal bumbu masak dan cabe asal Indonesia aja masih banyak yang belum berlabel halal dari MUI ketika itu. Saya konfirmasi juga loh ke teman Thailand saya yang beragama Budha soal label tersebut apakah yang menerbitkan label halalnya benar-benar lembaga dengan kredibilitas di negaranya. Mereka mantap menjawab ya! Saya semakin mantap lebih memilih restaurant Thailand daripada restaurant China di negeri Kiwi tersebut. Sejak itu pula saya selalu mampir ke restaurant Thailand jika berkunjung di suatu negara. Lah daripada saya pilih restaurant Indonesia...mosoq jauh-jauh liburan ke suatu negara makannya makanan Indonesia lagi?! *Kecuali kalau di traktir deh...hihihi...*
Ketika kembali ke Indonesia, belum banyak restaurant Thailand buka di Jakarta (Apalagi di kota lain!). Untuk melampiaskan rasa rindu dengan masakan yang kaya rasa ini saya hanya dapat membawa beberapa bumbu asli Thailand. Paling praktis bumbu pasta Tom Yam deh, saya tinggal mencemplungkan udang,jamur,batang sereh,daun jeruk,daung kemangi dan potongan cabe rawit untuk menambah tingkat kepedasan. Hingga akhirnya sekitar 2-3 restaurant Thailand dibuka di daerah Menteng. Konsep resto yang ditawarkan adalah restaurant untuk kelas sosial ekonomi A alias harga yang cukup tinggi dengan porsi yang lumayan besar, sehingga saya harus bersama ibu, kakak, keponakan-keponakan saya. Mentereng deh restonya, dari yang bangunannya menyerupai istana di Thailand sampai terpampang patung gajah keemasan di depan resto yang menyambut pengunjung.
Bersama ini saya beri ulasan mengenai bahan beberapa makanan Thailand , tetapi untuk takarannya, silakan masing-masing racik sesuai selera yaaa..
Thai tom yum goong (ต้มยำกุ้ง). Inilah salah satu sop terbaik dan terenak di dunia (bagi saya loh!) . Kalau nggak mau repot saya memasaknya pakai bumbu pasta Tom Yum yang dijual di pasaran...hehe...dan memasukkan udang, daun jeruk, daun sereh, jamur, ayam, dan lainnya sesuai selera.
Thai basil chicken recipe (pad kra pao gai ผัดกระเพราไก่) , ini adalah menu klasik Thailand dan salah satu menu yang sangat populer sebagi Thai street food. Bahan yang digunakan ayam lepas tulang (boleh dicincang),  bawang putih, oyster saus, kecap, gula, cabe Thailand, Thai holy basil, telor, minyak. Dalam masakan Thailand terdapat 3 basil yang sering digunakan , yaitu Thai sweet basil (ใบโหระพา bai horapa ), lemon basil (ใบแมงลัก bai maenglak), dan holy basil (ใบกะเพรา bai kra prao). Yang cocok digunakan untuk memasak Thai Basil Chicken adalah holy basil (ใบกะเพรา bai kra prao).
Makanan penutup sederhana, namun sedaaap banget yaitu singkong rebus plus syrup (santan)  มันสำปะหลังเชื่อม . Bahannya singkong direbus, disiram dengan santan dan gula yang sudah dicampur dan dipanaskan.
Yam Mamuang hampir mirip dengan Sambal Mangga yang banyak beredar di Indonesia, khususnya apabila kita makan seafood. Kalau versi Indonesia disajikan porsi kecil,paling secobek kecil untuk totolan seafood. Kalau Yam Mamuang di salah 1 resto di Indonesia disajikan satu porsi piring makan dengan harga yang juga seimbang dengan ukurannya. Selain itu Yam Mamuang ditambah dengan lime juice,kacang mede serta pedas dari chilli ,bawang merah yang di potong-potong ala sambel matah-nya Bali dilengkapi daun selada. Bagi yang senang dengan asinan/manisan, maka Yam Mamuang bisa dimakan tanpa nasi atau makanan lainnya, memang jadi mirip makan asinan buah dan salad. Saya tidak perhatian jenis mangga apa yang digunakan, dan seberapa matang buah mangga yang bisa digunakan untuk membuat jenis makanan ini.
Gai Hor Bai Toey - Saya penggemar daging ayam dan sangat familiar dengan menu ini apabila berkunjung ke restaurant Thailand tetapi saya jarang atau bahkan nyaris tidak pernah memesan makanan ini karena saya jarang menemukan ayam bagian dada di Gai Hor Bai Toey. Saya tidak suka paha ayam. Namun siang itu tanpa ragu saya mengambil Ayam Pandan di depan saya dan langsung menyantapnya dengan asyik dengan mencocolkan kecap berwijen.Kelembutan daging ayamnya dan bumbu rempah yang meresap ke dalam dagingnya membuat saya memakan tanpa sisa .
Pad Thai terkesan makanan yang  “biasa” menurut saya,tetapi justru memiliki cerita yang istimewa. Dengan campuran kwetiau tipis,udang,tomat,chives, tauge dan telor sebenarnya menu ini jadi “chef recommendation” atau unggulan seorang chef asal Thailand di salah 1 resto . Walaupun memakannya hanya sedikit tetapi saya dapat merasakan bahwa masakan ini terasa kenyal dan halus di mulut. Pad Thai merupakan makanan yang sangat terkenal di Thailand, menurut info sih ini masakan dibuat untuk membangkitkan nasionalisme Thailand pada awal abad 20. Makanya makanan ini diibaratkan ada di sepanjang jalan kota di negeri Thailand. Oh ya, sebenarnya ada cara menikmati Pad Thai agar terasa sensasi pedas ,asam dan spicy,yakni dengan mengaduk semua bahan dan bumbu menjadi satu kemudian barulah kita makan dengan baper. Haha...makan aja pakek baper ya? Kalau di tambah jeruk nipis yang juga sudah disediakan makin seru tuh. Yang paling membedakan Pad Thai dengan Mie Goreng dari negara Asia adalah sambalnya yang bernama Nancim Pad Thai, terbuat diantaranya dari irisan cabai, bawang merah dan saos khusus semacam kecap.

SAYA DAN RESTAURANT THAILAND DI INDONESIA


THAI CHADA – Kamis, 12 Januari 2017 saya makan siang di Thai Chada, sebuah restaurant Thailand yang mengusung tagline ‘Traditional Thai Cuisine’. Seorang diri, saya membolak balik menu yang ada di dekat pintu masuk. Berhubung lagi sendirian jadi saya harus mengetahui takaran porsi dan harga. Tiba-tiba seorang pria menghampiri dan dengan bahasa Indonesia terpatah ia mengatakan bahwa chef-nya berasal dari Thailand. Dengan mantap saya masuk ke resto tersebut dan memesan makanan yang saya sudah inginkan beberapa hari lalu, yakni Pad kra pao gai (ผัดกระเพราไก่) alias Thai Basil Chicken, sebagai makanan penutup saya memesan dessert singkong rebus plus syrup (santan)  มันสำปะหลังเชื่อม
Wah saya baru mengetahui bahwa Chada adalah mahkota khas Thailand. Ya yang digunakan oleh penari latar ‘Black or White’-nya Michael Jackson itu. Interior estaurant Thai Chada yang berlokasi di Jln Boulevard Raya Kelapa Gading ini walaupun tidak ramai/berat dengan ke-khasan Thailand namun sangat kental dengan nuansa Thailand-nya. Disini juga terdapat Chada sebagai pelengkap interior.


THAI ALLEY - Sebuah restaurant Thailand bernama Thai Alley membuka cabang di Mal Kelapa Gading beberapa bulan lalu. Selama ini dalam beberapa kali sebulan saya memang makan Tom Yam di Mall Kelapa Gading, tetapi Tom Yam tersebut terasa “palsu”, bumbunya sudah dimodifikasi – jadi seperti perpaduan kuah Empek Empek Palembang dan kuah bakso *doh* . Adalagi restaurant di MKG yang mengambil konsep interior dan busana waitress-nya khas Thailand, tetapi hanya menyediakan masakan jenis Suki sehingga saya malah merasa bahwa itu adalah masakan Jepang atau Singapore. Sedangkan Thai Alley mengusung thema ‘Thai Street Food’ dikarenakan pemiliknya yang gemar berwisata ke Thailand justru menemukan kelezatan dan cita rasa yang kuat pada makanan Thailand yang tersedia bukan di restaurant versi fine dining. Untuk menguatkan konsep “street food” maka setiap cabang Thailand menggunakan desain interior bernuansa pinggir jalan. 


Katisod, dessert-nya Thailand
Dalam menyajikan makanan Thailand Thai Alley tidak tanggung-tanggung, Culinary Concepts sampai mendatangkan 5 chef asli dari Thailand . Demikian pula dengan bumbu-bumbu yang di datangkan dari Thailand. Walaupun Chef-nya mengatakan beberapa bumbu rahasia tetapi saya sangat mengenal bumbu tersebut ketika saya sudah mencicipi makanan yang disajikan ke Kompasianers. Diantaranya ya bumbu yang saya sebutkan di awal tulisan..hehehe...Cita rasa-nya mirip dengan makanan Thailand yang saya makan di berbagai resto “asli” Thailand di beberapa negara. Beberapa menu yang saya gemari di Thai Alley adalah : Yam Mamuang (Salad Mangga), Tom Yam Talay (Tom Yam Seafood), Gai Hor Bai Toey (Ayam Pandan), Pad Thai (Thai Noodle) dan Pad Kaprao Neua (Mince Beef)
Banyak cerita mengenai kuliner Thailand, termasuk kuliner ekstrim-nya. Saya akan mencoba-nya semua jika berkunjung ke Thailand. Dengan catatan makanan tersebut memang halal. Oh ya, saya juga ingin sekali loh mencicipi kuliner vegan di Thailand. Sahabat saya seorang Thailand vegan seringkali menceritakan makanan vegan di Thailand.

1 comment:

Ade UFi said...

Balck or white masih pake celana monyet? Saya udah kuliah *berasa tua. Hahaha

Masakan thailand yg pas dilidah saya sampai saat ini hanya tomyam dan saos sambalnya. ^_^