Tanpa mengurangi rasa hormat dan
kebanggaan saya terhadap kuliner Indonesia, saya berani mengatakan bahwa
makanan Thailand adalah makanan terlezat di dunia. Dari satu sisi Indonesia
memiliki keberagaman wisata dan kuliner yang melimpah, di sisi lain makanan
terlezat di dunia adalah Rendang asal Sumatera Barat Indonesia. Tetapi
keeksotisan serta kelezatan wisata dan kuliner Thailand lebih tergarap dan
terekspos dengan sangat baik dikarenakan pemerintahannya yang sangat serius
mendukung hal tersebut sehingga dari 10 makanan terlezat di dunia Thailand
memasukkan 3 menu makanannya. Sedangkan Indonesia??? Dari sekian ribu atau
bahkan jutaan menu aslinya kok ya hanya 1-2 yang masuk sebagai makanan terlezat
di dunia?
Saya masih menyimpan bill dari The Thai Village Restaurant Remeura Auckland NZ yang ditulisnya menggunakan aksara Thailand (Dok.Pribadi) |
SAYA DAN THAILAND
Beras Thailand, Durian Bangkok,
Jambu Bangkok, Pepaya Bangkok....ooooh,kenapa harus mereka yang lebih terkenal
di mancanegara sih??? Masih ingat video klip Black or White-nya mendiang
Michael Jackson?? ....Ups pada belum lahir yach waktu video tersebut mundar
mandir di layar MTV? Saya juga saat itu masih sering pakai celana monyet kok,
tetapi saya bisa melihat penari-penari Thailand bergaya menjadi penari latar
video klip tersebut dengan penari berbagai bangsa...tapiii nggak ada tarian
dari Indonesia...huaaa....Terus terus,Om Leo yang di tahun 2015 nyabet piala
Oscar juga shoting film-nya,The Beach di Phi Phi Island yang masuk wilayah
Thailand. Waduh,Om Leonardo Di Caprio yang masih lajang, kalau Cuma pengen
shoting di tempat yang ada pohon kelapanya kenapa nggak di Indonesia aja sih?
Apalagi di Indonesia ada akuuuu looooh.....*Om Leonardo-pun melongo*
SAYA DAN THAI FOOD
Mari kita tinggalkan Om Leo yang
saya rasa masih belum bisa move on dari teraihnya piala Oscar-nya. Sekarang
saya akan kembali bernostalgia menikmati makanan khas Thailand yang merupakan
makanan favorit saya sejak bermukim di Auckland New Zealand. Yup, saya mengenal
makanan Thailand justru di New Zealand. Awal tiba di Auckland teman saya lebih
banyak berasal dari Thailand daripada orang Indonesia. Profil fisik kita mirip,
sulit membedakan antara orang Indonesia dan Thailand. Dengan orang Malaysia
kami justru agak berbeda karena profil mereka yang “melayu medok”, sedangkan
dengan orang Thailand baru saya tandai jika mereka sudah berbicara karena suara
mereka yang mendayu menye walaupun berbahasa Inggris. Dari sinilah saya
familiar dengan makanan Thailand – keluar masuk Chao Praya,Thai Siam – bahkan
sering teman Thailand memasakkan kami masakan Thailand yang spicy alias kaya
rasa itu. Bahkan jika saya memasak, saya lebih senang masak makanan Thailand
walaupun tidak bersama mereka. Bumbu masak dan cabe kering saya lebih memilih
produksi Thailand yang saya beli dari toko Asia, apalagi label sertifikasi
halal sudah tercantum di kemasan bumbu-bumbu tersebut dari lembaga sertifikasi
halal negeri Gajah Putih ini. Keren yak? Padahal bumbu masak dan cabe asal
Indonesia aja masih banyak yang belum berlabel halal dari MUI ketika itu. Saya
konfirmasi juga loh ke teman Thailand saya yang beragama Budha soal label
tersebut apakah yang menerbitkan label halalnya benar-benar lembaga dengan
kredibilitas di negaranya. Mereka mantap menjawab ya! Saya semakin mantap lebih
memilih restaurant Thailand daripada restaurant China di negeri Kiwi tersebut.
Sejak itu pula saya selalu mampir ke restaurant Thailand jika berkunjung di
suatu negara. Lah daripada saya pilih restaurant Indonesia...mosoq jauh-jauh
liburan ke suatu negara makannya makanan Indonesia lagi?! *Kecuali kalau di
traktir deh...hihihi...*
Ketika kembali ke Indonesia,
belum banyak restaurant Thailand buka di Jakarta (Apalagi di kota lain!). Untuk
melampiaskan rasa rindu dengan masakan yang kaya rasa ini saya hanya dapat
membawa beberapa bumbu asli Thailand. Paling praktis bumbu pasta Tom Yam deh,
saya tinggal mencemplungkan udang,jamur,batang sereh,daun jeruk,daung kemangi
dan potongan cabe rawit untuk menambah tingkat kepedasan. Hingga akhirnya
sekitar 2-3 restaurant Thailand dibuka di daerah Menteng. Konsep resto yang
ditawarkan adalah restaurant untuk kelas sosial ekonomi A alias harga yang
cukup tinggi dengan porsi yang lumayan besar, sehingga saya harus bersama ibu,
kakak, keponakan-keponakan saya. Mentereng deh restonya, dari yang bangunannya
menyerupai istana di Thailand sampai terpampang patung gajah keemasan di depan
resto yang menyambut pengunjung.
Bersama ini saya beri ulasan mengenai
bahan beberapa makanan Thailand , tetapi untuk takarannya, silakan
masing-masing racik sesuai selera yaaa..
Thai tom yum goong (ต้มยำกุ้ง). Inilah
salah satu sop terbaik dan terenak di dunia (bagi saya loh!) . Kalau nggak mau
repot saya memasaknya pakai bumbu pasta Tom Yum yang dijual di
pasaran...hehe...dan memasukkan udang, daun jeruk, daun sereh, jamur, ayam, dan
lainnya sesuai selera.
Thai basil chicken recipe (pad
kra pao gai ผัดกระเพราไก่)
, ini adalah menu klasik Thailand dan salah satu menu yang sangat populer
sebagi Thai street food. Bahan yang digunakan ayam lepas tulang (boleh
dicincang), bawang putih, oyster saus,
kecap, gula, cabe Thailand, Thai holy basil, telor, minyak. Dalam masakan
Thailand terdapat 3 basil yang sering digunakan , yaitu Thai sweet basil (ใบโหระพา bai horapa
), lemon
basil (ใบแมงลัก bai
maenglak), dan holy basil (ใบกะเพรา
bai kra prao). Yang cocok digunakan untuk memasak Thai Basil Chicken adalah
holy
basil (ใบกะเพรา bai
kra prao).
Makanan penutup sederhana, namun
sedaaap banget yaitu singkong rebus plus syrup (santan) มันสำปะหลังเชื่อม . Bahannya singkong direbus, disiram
dengan santan dan gula yang sudah dicampur dan dipanaskan.
Yam Mamuang hampir
mirip dengan Sambal Mangga yang banyak beredar di Indonesia, khususnya apabila
kita makan seafood. Kalau versi Indonesia disajikan porsi kecil,paling secobek
kecil untuk totolan seafood. Kalau Yam Mamuang di salah 1 resto di Indonesia
disajikan satu porsi piring makan dengan harga yang juga seimbang dengan
ukurannya. Selain itu Yam Mamuang ditambah dengan lime juice,kacang mede serta
pedas dari chilli ,bawang merah yang di potong-potong ala sambel matah-nya Bali
dilengkapi daun selada. Bagi yang senang dengan asinan/manisan, maka Yam
Mamuang bisa dimakan tanpa nasi atau makanan lainnya, memang jadi mirip makan
asinan buah dan salad. Saya tidak perhatian jenis mangga apa yang digunakan,
dan seberapa matang buah mangga yang bisa digunakan untuk membuat jenis makanan
ini.
Gai Hor Bai Toey - Saya
penggemar daging ayam dan sangat familiar dengan menu ini apabila berkunjung ke
restaurant Thailand tetapi saya jarang atau bahkan nyaris tidak pernah memesan
makanan ini karena saya jarang menemukan ayam bagian dada di Gai Hor Bai Toey.
Saya tidak suka paha ayam. Namun siang itu tanpa ragu saya mengambil Ayam
Pandan di depan saya dan langsung menyantapnya dengan asyik dengan mencocolkan
kecap berwijen.Kelembutan daging ayamnya dan bumbu rempah yang meresap ke dalam
dagingnya membuat saya memakan tanpa sisa .
Pad
Thai terkesan makanan yang “biasa” menurut saya,tetapi justru memiliki
cerita yang istimewa. Dengan campuran kwetiau tipis,udang,tomat,chives, tauge
dan telor sebenarnya menu ini jadi “chef recommendation” atau unggulan seorang
chef asal Thailand di salah 1 resto . Walaupun memakannya hanya sedikit tetapi
saya dapat merasakan bahwa masakan ini terasa kenyal dan halus di mulut. Pad
Thai merupakan makanan yang sangat terkenal di Thailand, menurut info sih ini
masakan dibuat untuk membangkitkan nasionalisme Thailand pada awal abad 20.
Makanya makanan ini diibaratkan ada di sepanjang jalan kota di negeri Thailand.
Oh ya, sebenarnya ada cara menikmati Pad Thai agar terasa sensasi pedas ,asam
dan spicy,yakni dengan mengaduk semua bahan dan bumbu menjadi satu kemudian
barulah kita makan dengan baper. Haha...makan aja pakek baper ya? Kalau di
tambah jeruk nipis yang juga sudah disediakan makin seru tuh. Yang paling
membedakan Pad Thai dengan Mie Goreng dari negara Asia adalah sambalnya yang
bernama Nancim Pad Thai, terbuat
diantaranya dari irisan cabai, bawang merah dan saos khusus semacam kecap.
SAYA DAN RESTAURANT THAILAND DI INDONESIA
THAI CHADA – Kamis, 12 Januari 2017 saya makan siang di Thai Chada,
sebuah restaurant Thailand yang mengusung tagline ‘Traditional Thai Cuisine’. Seorang diri, saya membolak balik menu
yang ada di dekat pintu masuk. Berhubung lagi sendirian jadi saya harus
mengetahui takaran porsi dan harga. Tiba-tiba seorang pria menghampiri dan dengan
bahasa Indonesia terpatah ia mengatakan bahwa chef-nya berasal dari Thailand.
Dengan mantap saya masuk ke resto tersebut dan memesan makanan yang saya sudah
inginkan beberapa hari lalu, yakni Pad kra pao gai (ผัดกระเพราไก่) alias Thai Basil Chicken,
sebagai makanan penutup saya memesan dessert singkong rebus plus syrup (santan)
มันสำปะหลังเชื่อม
Wah saya baru mengetahui bahwa
Chada adalah mahkota khas Thailand. Ya yang digunakan oleh penari latar ‘Black
or White’-nya Michael Jackson itu. Interior estaurant Thai Chada yang berlokasi
di Jln Boulevard Raya Kelapa Gading ini walaupun tidak ramai/berat dengan
ke-khasan Thailand namun sangat kental dengan nuansa Thailand-nya. Disini juga
terdapat Chada sebagai pelengkap interior.
THAI ALLEY - Sebuah restaurant Thailand bernama Thai Alley membuka
cabang di Mal Kelapa Gading beberapa bulan lalu. Selama ini dalam beberapa kali
sebulan saya memang makan Tom Yam di Mall Kelapa Gading, tetapi Tom Yam
tersebut terasa “palsu”, bumbunya sudah dimodifikasi – jadi seperti perpaduan
kuah Empek Empek Palembang dan kuah bakso *doh* . Adalagi restaurant di MKG
yang mengambil konsep interior dan busana waitress-nya khas Thailand, tetapi
hanya menyediakan masakan jenis Suki sehingga saya malah merasa bahwa itu
adalah masakan Jepang atau Singapore. Sedangkan Thai Alley mengusung thema
‘Thai Street Food’ dikarenakan pemiliknya yang gemar berwisata ke Thailand
justru menemukan kelezatan dan cita rasa yang kuat pada makanan Thailand yang
tersedia bukan di restaurant versi fine dining. Untuk menguatkan konsep “street
food” maka setiap cabang Thailand menggunakan desain interior bernuansa pinggir
jalan.
Katisod, dessert-nya Thailand |
Dalam menyajikan makanan Thailand
Thai Alley tidak tanggung-tanggung, Culinary Concepts sampai mendatangkan 5
chef asli dari Thailand . Demikian pula dengan bumbu-bumbu yang di datangkan
dari Thailand. Walaupun Chef-nya mengatakan beberapa bumbu rahasia tetapi saya
sangat mengenal bumbu tersebut ketika saya sudah mencicipi makanan yang
disajikan ke Kompasianers. Diantaranya ya bumbu yang saya sebutkan di awal
tulisan..hehehe...Cita rasa-nya mirip dengan makanan Thailand yang saya makan
di berbagai resto “asli” Thailand di beberapa negara. Beberapa menu yang saya
gemari di Thai Alley adalah : Yam Mamuang (Salad Mangga), Tom
Yam Talay (Tom Yam Seafood), Gai Hor Bai Toey (Ayam Pandan), Pad
Thai (Thai Noodle) dan Pad Kaprao Neua (Mince Beef)
Banyak cerita mengenai kuliner
Thailand, termasuk kuliner ekstrim-nya. Saya akan mencoba-nya semua jika
berkunjung ke Thailand. Dengan catatan makanan tersebut memang halal. Oh ya,
saya juga ingin sekali loh mencicipi kuliner vegan di Thailand. Sahabat saya
seorang Thailand vegan seringkali menceritakan makanan vegan di Thailand.
1 comment:
Balck or white masih pake celana monyet? Saya udah kuliah *berasa tua. Hahaha
Masakan thailand yg pas dilidah saya sampai saat ini hanya tomyam dan saos sambalnya. ^_^
Post a Comment