Saturday, December 5, 2009

Dapur Sunda MOI Kelapa Gading


Hari tiba arisan dollar tanggal 22 Okt. 09. Kali ini di Mall Of Indonesia Kelapa Gading, tepatnya Dapur Sunda. Hhhmmmm,padahal baru beberapa hari sebelumnya saya bilang ke Dian bahwa saya merindukan gurame-nya Dapur Sunda. Sudah lama saya tidak mengunjungi Dapur Sunda, dahulu saat masih kuliah kami sering makan di Dapur Sunda Jln Cipete, awal berdirinya Dapur Sunda – dari masih secuprit sampai sekarang yang sudah diperluas. Pernah sekali ke Dapur Sunda di Pancoran serta ke Dapur Sunda yang di dekat La Piazza Kelapa Gading – sepertinya terakhir kali saat rapat bersama Wawan dan Ratno, seksi Danus-nya FLP.
Bingung juga nemuin letak Dapur Sunda di MOI, lantaran MOI yang luasnya membingungkan. Kami masuk dari Lobby 3, dan janjian untuk dijemput juga di Pintu Lobby 3, tetapi ternyata Dapur Sunda terletak di lantai 1 tepat diatas Lobby 1.
Kali ini saya mau minuman sesuatu yang lain, walau di akhir makan saya tetap memesan es teh tawar, kali ini minuman yang saya pesan adalah Es Kopi Si Iteung alias Iced Coffee Ice with Cocoa. Terdengar di telinga saya para ibu banyak memesan es bandrek dan bajigur...termasuk ibu saya yang memesan bajigur bertabur kelapa muda. Jadi inget di Bandung bulan lalu....
Tak lama pesanan mulai berdatangan ke meja kami. Pas di depan saya Gurame Goreng bertabur Kecap dan bumbu-bumbuan. Sedaaaappp.....Dapur Sunda memang unggul dalam Gurame-nya, karena memang dikembang biakkan secara normal alami, tanpa makanan dengan zat khusus yang dapat membuat para Gurame tersebut besar karena “dipaksakan”. Karena diberi makanan dan dibesarkan secara alami bertahun-tahun inilah yang membuat daging ikan gurame di Dapur Sunda terasa padat dan mantap. Untuk Gurame Goreng/Bakar harganya Rp 55.000 ++/porsi sedangkan Gurame Garang Asam dan Acar Goreng Gurame seharga Rp 65.000 ,-/porsi. Weelleeehhh,padahal dahulu saat saya sering makan di Dapur Sunda harga Gurame-nya masih berkisar Rp 20 ribuan loh....
Ibu Ida (Mertua dari salah satu Direktur Finance salah satu BUMN yang “teman” saya di komunitas penerbangan) dan Ibu Sujud (Yang ini mertua dari menteri dan ketua MPR zaman Presiden Soeharto dahulu) tiba – tiba menginginkan Soup Buntut. Saya ikutan aja mencicipi kuah Soup Buntut tersebut. Segaaarr......
DI Dapur Sunda MOI ini saya baru melihat waiter dan waitress-nya mengenakan sepatu roda untuk mengantarkan pesanan ke tiap meja, bahkan saya lihat salah satu waitress yang main sepatu roda-nya jago banget, meliuk – liuk sambil mendorong troli penuh makanan!!! Waaah...waaahhh...bekas atlet sepatu roda kali ya tuh si Mbak?! Apa untuk menjadi waiter dan waitress disini salah satu syaratnya harus mahir bersepatu roda? Dahulu sih salah satu kerabat ada yang mau melamar jadi waitress di Dapur Sunda Pancoran tetapi gak memenuhi syarat karena tidak diperkenankan memiliki mata minus. Soal sepatu roda sih sepertinya gak ada tuh...hehehe...Btw ibu saya sampai norak gituh ngelihatnya, beliau baru melihat waitress bersepatu roda jago di Bangkok Thailand, jadi langsung norak mau cerita ke kakak saya yang sudah sering keluar masuk restoran di berbagai penjuru dunia. Padahal seh setahu saya kakak saya itu pernah beberapa kali makan di Dapur Sunda MOI.
Yang saya belum lihat di Dapur Sunda MOI ini adalah makan gaya lesehan khas Sunda. Barangkali ada, tetapi saya tidak melihatnya di MOI karena ada beberapa bagian area restoran. Kalau di Cipete, Pancoran dan Kelapa Gading dekat La Piazza khan selalu ditanyakan,”Meja atau lesehan?” jika kita baru datang dan mencari tempat untuk makan....

2 comments:

Putra's said...

Nice mba anna... apa kabar? klo makan ajak ajak doooong

Anna R.Nawaning S said...

Hai,Put? Pa kabar?
Hahaha...dimana-mana ketemu kamu aja nih. Iya ya, kita udah lama nggak makan rame2,eh apa aku-nya aja yg gak ikutan lagi ya ;-)